
Surabaya, Juli 2025 – SMA Negeri 2 (SMADA) melangkah maju menuju digitalisasi pendidikan melalui kegiatan Workshop Smada Digital School (SDS) yang dilaksanakan di sekolah sebagai bentuk persiapan pembelajaran tahun ajaran 2025/2026. Workshop ini mengusung tema “Inovasi Menuju Era Digitalisasi Sekolah“ yang bertujuan untuk mempersiapkan seluruh warga sekolah, terutama guru, dalam menghadapi tantangan pendidikan berbasis digital. Dengan mengintegrasikan Learning Management System (LMS), administrasi sekolah, dan sistem pembelajaran digital lainnya, SMADA berkomitmen untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih efektif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Menurut penanggung jawab kegiatan, Bapak Sundawan Argo Sontani, workshop ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman antara guru dan siswa mengenai penggunaan perangkat digital, serta menjadi wadah berbagi pengalaman tentang pengelolaan konten pembelajaran dan perangkat digital.
“Harapannya, seluruh guru dapat mengeksplorasi pengetahuan dasar teknologi digital dan mengembangkannya ke tahap lanjutan sehingga pembelajaran semakin fleksibel, inovatif, dan adaptif sesuai dengan kebutuhan siswa,” ujar Pak Sundawan.
Workshop dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Awal
Pada tahap ini, dilakukan uji coba fitur LMS menggunakan akun dummy pada 30 Juni – 2 Juli 2025. Selanjutnya, uji coba mandiri bersama Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) dilaksanakan pada 3–4 Juli 2025, dan diakhiri dengan presentasi hasil uji coba pada 7–9 Juli 2025.
2. Tahap Menengah dan Akhir
Setelah tahap awal berhasil terlaksana sekitar 80%, workshop kini memasuki tahap menengah, dengan ketercapaian keseluruhan mencapai 25%. Uji coba bersama siswa akan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Pemateri workshop, Bapak Deni Tueswandono, menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan ini berlangsung pada hari Senin hingga Jumat, dengan fokus utama pada penyusunan perangkat pembelajaran berbasis LMS menggunakan platform Moodle. Dengan berbagai pertimbangan, pemilihan aplikasi moodle dianggap sebagai platform LMS yang cukup populer di pembelajaran dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Hal tersebut terbukti pada manfaat workshop bagi seluruh warga sekolah. Selain meningkatkan keterampilan dalam penggunaan perangkat digital, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk berbagi ide dan inovasi pembelajaran. Guru tidak hanya mempelajari cara penggunaan teknologi, tetapi juga didorong untuk menciptakan konten pembelajaran yang aktif, inspiratif, dan relevan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Meskipun ada sedikit kendala, disparitas tingkat pemahaman dan keterampilan terkait penggunaan perangkat digital, tantangan ini dapat teratasi melalui diskusi dan pendampingan intensif pada setiap kelompok guru sesuai bidang keilmuan masing-masing. “Adaptasi dari aplikasi sebelumnya ke Moodle membutuhkan usaha yang terus menerus. Namun, dengan antusiasme guru yang tinggi, saya yakin kendala ini dapat teratasi,” tambah Pak Deni.
Satu di antara inovasi utama dari SDS adalah pengimplementasian model pembelajaran Hybrid Learning. Model ini memungkinkan siswa untuk tetap mengikuti pembelajaran meskipun tidak berada di kelas secara langsung, seperti saat mengikuti lomba atau kegiatan lainnya.
“Dengan Hybrid Learning, siswa tetap dapat mengakses pembelajaran kapan saja dan dari mana saja. Hal ini adalah langkah penting dalam mendukung fleksibilitas dan inklusivitas pendidikan,” jelas Pak Sundawan.
Selain itu, SDS juga berencana mengembangkan sistem administrasi digital yang mencakup presensi, penilaian, dan jurnal. Dengan server yang diperkirakan mampu menampung data hingga 1,5 terabyte per semester, SMADA optimis dapat mengelola sistem ini secara efisien dengan pemeliharaan rutin setiap bulan. Selaras dengan itu, SMADA juga berharap seluruh guru mampu menciptakan konten pembelajaran yang lebih baik dan berkontribusi aktif dalam mengembangkan SDS. Webinar dan pelatihan lanjutan juga direncanakan untuk memastikan implementasi sistem berjalan dengan optimal.
Respons terhadap kegiatan workshop ini sangat positif. Seluruh guru dan karyawan SMADA menyambut antusias workshop ini sebagai langkah maju menuju transformasi digital sekolah. “Workshop ini menjadi momentum bagi SMADA untuk menjadi sekolah berbasis digital yang tidak hanya mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga memimpin inovasi dalam pendidikan,” ungkap Pak Deni. Dengan ketercapaian 90% untuk tujuan LMS dan administrasi, SMADA optimis dapat menyelesaikan seluruh tahapan SDS dengan sukses dan menjadi pionir sekolah digital dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. (AG/BA)
